Friday, November 1, 2013

25 Yale Yale

YALE YALE
MENEMBUS PASARAN TETANGGA
Oleh: Nathan Mintaraga

Ada beberapa penyebab yang membuat nama Lilis Suryani menjadi begitu terkenal di negara-negara tetangga (Malaysia, Singapura dan Brunei) tahun 60-an/70-an. Salah satu di antaranya adalah berkat dukungan berbagai media mereka, terutama radio-radio nasional yang sering mengalunkan lagu-lagunya melalui gelombang-gelombang udara di negara-negara itu.

Tetapi yang paling menakjubkan, lagu-lagu patriotik yang disenandungkan oleh Lilis untuk mengobarkan semangat heroisme bangsa Indonesia di balik kisah-kisah cinta, juga sangat digemari oleh penduduk sana. Padahal lagu-lagu itu diciptakan gara-gara konfrontasi yang terjadi semenjak tahun 1963 antara Indonesia dan Malaysia, untuk menyemangati para pahlawan nasional yang sedang bertugas di medan perang, melawan bala tentara mereka.

Lagu-lagu seperti: Kau Pembela Nusa dan Bangsa, Pergi Perdjoang dan terutama Tiga Malam, yang dirilis pada waktu konfrontasi itu sedang terjadi, ternyata menjadi hits yang besar sekali di negara-negara tersebut. (Lihat artikel-artikel: Kau Pembela Nusa dan Bangsa – Mengobarkan Heroisme dan Tiga Malam – Termasyhur di Kemah Musuh)

Tidak memakan waktu terlampau lama, namanya menjadi salah satu nama artis yang dikenal sekali di dunia musik hiburan Malaysia, Singapura dan Brunei, apalagi setelah merilis album (LP) 1: ‘Taxi Ibu Kota’, di bawah label Remaco dengan iringan band Electrica yang dipimpin oleh Iwan Setiawan. Di antara kedelapan lagu di dalam album itu, terdapat lagu yang berjudul Jale Jale, sebuah lagu kuno yang berasal dari Malaysia.

Sekalipun dicetak di sampul belakang album Lilis sebagai lagu yang tidak dikenal penciptanya (NN), sebenarnya lagu dengan ejaan aslinya, Yale Yale, diciptakan oleh Osman Ahmad tahun 1952 khusus untuk ditampilkan di sebuah film Malaysia yang berjudul: ‘Yatim Piatu’. Lagu yang sudah direkam beberapa kali dasawarsa sebelumnya dan dasawarsa itu oleh artis-artis mereka sendiri, seperti penyanyi kawakan M Ishak, ternyata berhasil dipopulerkan sekali lagi oleh Lilis di sana tahun 1968. Bahkan versi Lilis-lah yang paling dikenang sampai sekarang sekalipun setelah itu masih ada beberapa artis Malaysia lainnya yang juga men-cover lagu tersebut lagi.

Kendatipun digemari di negara asalnya, seperti albumnya, lagu Jale Jale ternyata gagal di Indonesia. Album yang diluncurkan awal tahun 1968 itu tidak menerima dukungan radio-radio setempat (RRI), apalagi radio-radio amatir yang ketika itu sedang tumbuh di mana-mana laksana jamur-jamur liar di musim hujan.

Seolah-olah piringan hitam itu diacuhkan oleh media, bahkan oleh masyarakat pada umumnya. Memang kebanyakan lagu-lagunya kurang mengesankan, … mudah sekali dilupakan. Boleh dikatakan, album ‘Taxi Ibu Kota’ adalah salah satu album terburuk Lilis Suryani sepanjang dasawarsa ke-60, yang dapat disetarakan dengan album ‘Pulang Muhibah’ (Irama Records) yang dirilis tahun 1967! (Lihat artikel: Pulang Muhibah – Terlambat Berlenso)

Tentu hal-hal yang ikut mengkontribusikan adalah efek timbulnya artis-artis remaja baru secara berturut-turut, yang menjadi termasyhur secara instan hasil bimbingan Zaenal Arifin dan orkesnya, seperti Tetty Kadi tahun 1966, dan Ernie Djohan tahun berikutnya. Mereka berhasil memukau perhatian masyarakat, yang sebelumnya hanya Lilis saja yang mampu melakukan.

Banyak sekali lagu mereka yang menguasai puncak-puncak tertinggi tangga lagu-lagu nasional, sehingga menghalangi kesempatan artis-artis lainnya, termasuk Lilis Suryani, untuk bisa memanjat dan mendudukinya! (Lihat artikel-artikel: Teringat Selalu (1) – Menyaingi Idola, dan Kau Selalu Dihatiku (2) – Memuncak di Teluk Bayur)

Tetapi yang cukup menakjubkan, berlawanan sekali dengan statusnya di tanah air pada waktu itu, gara-gara lagu Jale Jale yang sangat populer di negara-negara tetangga tersebut, nama Lilis Suryani menjadi semakin tersohor di sana. Semenjak saat itu, dari ‘sisa’ masa kejayaannya sampai saat namanya menghilang sama sekali dari daftar tangga lagu-lagu nasional awal pertengahan dasawarsa ke-70 dan seterusnya, ia selalu menerima kesempatan untuk merekam piringan-piringan hitam di Malaysia dan Singapura.

Ada rekaman-rekaman ulang saja, seperti album-album (EP) 2 ‘Pergi Perdjoang’ (Chap Bunga) dan ‘Ayer Mata’ (Popsound/Philips Product/PP), yang masing-masing berisi kumpulan lagu-lagu yang sebelumnya sudah pernah dirilis oleh Remaco di Indonesia.

Dan ada yang hanya dicetak lagi di sana, seperti album-album (LP): ‘LS’ (1966) dan ‘007’ (1968). Demikian juga album ‘Selamat Tinggal’ (1973) yang sudah dirilis di Indonesia oleh fontana SPECIAL. Di Malaysia dan Singapura ketiga album tersebut dirilis oleh Gold Crown (‘LS’), Philips (‘007’) dan PP (‘Selamat Tinggal’).

Selain itu ada album-album (EP) yang berisi lagu-lagu baru yang direkam di bawah label PP setelah ketenarannya di Indonesia memudar pertengahan dasawarsa yang ke-70. Di antaranya: ‘Jangan Tanya’, ‘Kaseh Nan Abadi’, ‘Kunang Kunang’ dan ‘Sekuntum Melati’. Sebagian besar dari lagu-lagu di dalam album-album itu adalah lagu-lagu yang berirama Melayu (dangdut).

Memang oleh karena Lilis Suryani sangat digemari di negara-negara tetangga tersebut, sepanjang masa karier musiknya yang lama, sekalipun bukan penduduk sana, ia menerima penghargaan-penghargaan (awards) atas kontribusinya di bidang musik hiburan mereka.

Award terakhir dari Malaysia yang diberikan kepada Lilis Suryani pada suatu malam ‘Gala Seni Serumpun Malaysia-Indonesia’ di kota Kuala Lumpur tahun 2007, diserah-terimakan kepada Titiek Puspa, yang juga sedang hadir di sana. Melalui sebuah layar TV raksasa panggung gedung itu, Lilis tampil sejenak (pre-recorded) dari atas ranjang rumah sakitnya di Jakarta. Di situ ia mengutarakan rasa terima kasihnya kepada masyarakat Malaysia, bahkan sempat menyenandungkan sejenak lagu Salam Mesra (ciptaan: Ilin Sumantri) untuk mereka, salah satu lagu yang berasal dari album ‘Taxi Ibukota’.

Tampak jelas sekali, bahwa oleh karena pengaruh pengobatannya, itu bukan Lilis yang dulu lagi, yang lebih dari 10 tahun lamanya pernah menjadi idola masyarakat Indonesia dan negara-negara sekelilingnya. Peristiwa sangat mengharukan itu terjadi tidak lama sebelum artis bertaraf legenda tersebut akhirnya meninggal dunia setelah mengedap penyakit kanker rahim yang amat ganas selama empat tahun.

Nathan Mintaraga
November 2013

Catatan:

1 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)

2 EP (Extended Play) adalah album mini PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat maksimum empat lagu. Diputar dengan kecepatan 45 RPM (Remixes Per Minute). Populer sekali di era itu sampai kurang lebih akhir dasawarsa ke-60
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment