Saturday, September 15, 2012

05 Dari Tjai Kopi Hingga Air Mata

DARI TJAI KOPI HINGGA AIR MATA
MENDOMINASI PASARAN MUSIK POP
Oleh: Nathan Mintaraga

Sampai saat ini Lilis Suryani adalah satu-satunya penyanyi Indonesia yang berhasil merilis album-album dalam waktu yang bersamaan di bawah berbagai label dengan iringan orkes-orkes yang berlainan. Record itu masih belum dipecahkan oleh artis-artis yang lain. Semenjak kesuksesan yang dialami oleh album ‘Paduan Djandji’ 1, Lilis justru diburu oleh perusahaan-perusahaan Piringan Hitam (PH) terbesar di Indonesia untuk bekerja sama dengan mereka. Bahkan yang berasal dari luar negeri! (Lihat artikel: Yale Yale Menembus Pasaran Tetangga)

Seperti yang sudah dibahas di artikel sebelumnya: ‘Eka Sapta Satu Terulung Tujuh Termahir’, oleh karena ketenaran Lilis Suryani yang luar biasa saat itu, berbagai band/orkes juga berlomba-lomba ingin membonceng kesuksesannya dengan mengiringi dia masuk studio rekaman. Menyadari permintaan masyarakat akan album-albumnya yang selama itu dijamin pasti laku sekali saat diluncurkan, perusahaan-perusahaan recording yang paling utama di Indonesia, seperti: Irama Records, Remaco dan Bali Record merasa tidak keberatan untuk mengontrak Lilis sendiri-sendiri dalam waktu serentak.

Irama Records adalah perusahaan PH terbesar di Indonesia awal pertengahan pertama dasawarsa ke-60. Artis-artis di bawah label mereka adalah: Sam Saimun, Kris Biantoro, Oslan Husein, Nien Lesmana, Mieke Widjaja, Rita Zahara, Christina, Titiek Puspa, Rachmat Kartolo, Wilsa Thyssen, Koes Bersaudara, Dara Puspita, Fenty Effendy, Ida Royani dan lain sebagainya.

Sedangkan Remaco menguasai pasaran musik pop di Indonesia mulai tahun 1965 dan seterusnya. Artis-artis di bawah naungan mereka adalah Pattie Bersaudara, Tjitjik Suwarno, Pepen, Alfian, S Warno, Harry Noerdi, Tetty Kadi, Ernie Djohan, Titiek Sandhora, Muchsin, Tanti Josepha, Anna Mathovani, Vivi Sumanti, Hetty Koes Endang, Broery Pesolima, AKA dan lain sebagainya.

Dan ada artis-artis yang pindah dari Irama Records ke Remaco atau Bali Record, seperti: Bing Slamet, Bob Tutupoly, Onny Surjono, Tuty Subardjo, Koes Plus (dulu Koes Bersaudara), Diah Iskandar, Elly Kasim dan lain sebagainya. Berbeda dengan mereka, Lilis Suryani bekerja sama dengan ketiga perusahaan recording terbesar itu dalam waktu yang bersamaan. Ia dikenal sebagai artis tersibuk yang secara rutin terus merekam dan merilis album-album baru, jauh melebihi artis-artis seera lainnya.

Itulah yang menyebabkan album-album mini (EP) 2 seperti ‘Kisah Remadja’ bersama orkes Kuantamer (Remaco), dan ‘Herlina’ 1 yang diiringi oleh orkes Seni Maya (Irama Record), dirilis di Indonesia bersamaan dengan album-album klasiknya: ‘Permata Bunda’ dan ‘Sukiyaki’, yang direkam bersama band Eka Sapta (Bali Records).

Di tahun-tahun berikutnya, mulai tahun 1964 saat Lilis Suryani dengan albumnya ‘Antosan’ berhasil meraih puncak kejayaan karier musiknya di Indonesia, sampai saat kepopulerannya memudar sama sekali di awal tahun 70-an, ia terus mendapat kesempatan langka tersebut.

Hampir setiap tahun ia merilis album-album (LP) 3 baru secara serentak, awalnya hanya di Indonesia saja, tetapi kemudian di negara-negara tetangga juga, seperti Malaysia, Singapura dan Brunei.

Tahun 1965 album mini (EP) ‘Tjing Tulungan’ 1 (Remaco) yang diiringi oleh orkes Zaenal Combo dirilis hampir bersamaan dengan album (LP) ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ (Irama Records) yang diiringi oleh orkes Baju.

Lalu di tahun berikutnya (1966), album klasik (LP) ‘Gang Kelintji’ 1 (Remaco) yang diiringi oleh band Pantja Nada diterbitkan berbarengan dengan album (LP) ‘Tiga Malam’ 1 (Irama Records), yang sekali lagi diiringi oleh orkes Baju. Diikuti oleh album (LP) termasyhur: ‘Pemburu’ (Remaco) bersama orkes Zaenal Combo.

Sesudah itu tahun 1967 Lilis mengeluarkan secara serentak album-album (LP): ‘LS’ (Remaco) yang diiringi oleh orkes Arulan, dan ‘Pulang Muhibah’ (Irama Records), diiringi oleh orkes Mus Mualim. Akhir tahun itu album (LP): ‘Ku Telah Berdua’ (Remaco) bersama band yang dipimpin oleh Lilis Suryani sendiri diluncurkan.

Tahun 1968 album (LP) ‘Taxi Ibu Kota’ (Remaco) yang diiringi oleh band Electrica dirilis bersama beberapa album kompilasi lainnya, di antaranya album berseri (LP) edisi istimewa: ‘Aneka 12’ (Remaco) dan album (LP) ‘Ini dan Itu’ (Mesra Record).

Dan hal itu terjadi terus sampai awal dasawarsa ke-70. Album terakhir yang masih berhasil membuahkan beberapa hits besar untuknya adalah album (LP) ‘Air Mata’ 1 (Remaco), diiringi oleh orkes Zaenal Combo, yang mengorbitkan di akhir tahun 1969 sebuah lagu klasik gubahannya sendiri: Air Mata.

Album tersebut dirilis hampir bersamaan dengan album (LP) berirama Melayu di awal tahun 1970: ‘Wadjah Menggoda’ (Remaco), diiringi oleh orkes Pantjaran Muda, yang membuahkan sebuah lagu dangdut-nya yang paling termasyhur: Tamasja ke Tawang Mangu.

Nathan Mintaraga
September 2012

Catatan:

1 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain

2 EP (Extended Play) adalah album mini PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat maksimum empat lagu. Diputar dengan kecepatan 45 RPM (Remixes Per Minute). Populer sekali di era itu sampai kurang lebih akhir dasawarsa ke-60

3 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini

No comments:

Post a Comment