Tuesday, July 9, 2013

19 Ujung Pandang

UJUNG PANDANG
MEMBURU SI BAJU LORENG
Oleh: Nathan Mintaraga

‘Pemburu’ adalah album Lilis Suryani yang pertama diluncurkan, di bawah label Remaco, setelah kedudukannya di ‘atas’ selama empat tahun (1963-1966) ‘direbut’ oleh Tetty Kadi, seorang penyanyi remaja baru yang berhasil mempesona masyarakat Indonesia dengan album perdananya: ‘Pulau Seribu’ 1 (Remaco). A Riyanto, saudara sepupunya sendiri, menciptakan semua lagu di dalam album itu, yang sebagian besar secara instan merajai tangga lagu-lagu nasional sepanjang pertengahan terakhir tahun 1966 dan pertengahan awal tahun berikutnya. (Lihat artikel: Teringat Selalu (1) – Menyaingi Idola)

Seperti Tetty Kadi yang untuk album itu masuk dapur rekaman bersama orkes Zaenal Combo, album baru Lilis Suryani juga direkam diiringi orkes legendaris tersebut. Setahun sebelumnya album mini (EP) 2 hasil kerja sama mereka yang pertama: ‘Tjing Tulungan’ 1 mengalami kesuksesan masal di Indonesia, di mana keempat lagunya ikut menguasai tangga lagu-lagu nasional tahun 1965 bergantian dengan lagu-lagu dari album kompilasi (LP) 3 Zaenal Combo yang juga sedang ‘ngetop sekali, ‘Sendja di Kaimana’. Seperti yang sudah menjadi kebiasaan bagi orkes itu, keduanya diproduksi di studio Remaco. (Lihat artikel: Kau Pembela Nusa dan Bangsa – Mengobarkan Heroisme)

Kendatipun pada waktu itu Lilis sudah tidak menduduki tingkat yang tertinggi lagi di dunia musik pop nasional, album ‘Pemburu’ ternyata berhasil membuahkan beberapa hits yang cukup besar untuknya. Lima dari delapan lagu yang ada di dalamnya: Badju Loreng, Tepuk Tangan, Udjung Pandang, Kau Tetap Kumiliki dan Kue Djalan adalah lagu-lagu gubahan Lilis sendiri.

Tampak nyata melalui syair lagu-lagu hasil karyanya dan juga lagu-lagu lain di dalam album itu, suatu perubahan sedang terjadi dengan kehidupannya. Jika sebelumnya kebanyakan lagu-lagu Lilis membahas rasa cinta, rindu dendam, serta suka-duka hidup kaum remaja, kali ini isi lagu-lagu di dalam album barunya, ‘Pemburu’, terdengar agak berbeda.

Kisah Tjinta, Udjung Pandang dan Kau Tetap Kumiliki melukiskan tahap kedewasaan hidup yang sedang dilalui olehnya. Karena pada waktu itu Lilis memang baru saja jatuh cinta! Sedangkan Pemburu (ciptaan: T Soewarno/Zaenal Arifin), Tepuk Tangan dan Kue Djalan yang syairnya terdengar silly dan ‘kekanak-kanakan’ sekali, seolah-olah memberi kesan kepada para penggemarnya bahwa ia sudah siap untuk berkeluarga.

Gara-gara itu kembali Lilis dijadikan bahan perbincangan hangat media. (Lihat artikel: ‘Diva-itis’ – Berita vs Gosip) Dari tahun 1966 sampai tahun pernikahannya (1967) didesas-desuskan (digosipkan) terus, bahwa selama itu, selain Lilis Suryani dan ‘pacar’-nya sedang dimabuk cinta, ia juga dituduh oleh pers sudah ‘berisi’! Ada-ada saja!

Kisah Tjinta, sebuah lagu lawas gubahan Rachman A, yang sudah terkenal di Indonesia semenjak awal tahun 60-an, direkam lagi oleh Lilis untuk melengkapi jumlah lagu yang diperlukan untuk albumnya, ‘Pemburu’. Bukanlah kebetulan lagu dengan syair romantis mengenai hubungan cinta yang sejati seperti itu dipilih untuk digabungkan di situ! Diiringi aransemen musik khas orkes Zaenal Combo, sekali lagi lagu itu dimasyhurkan oleh Lilis. Bersama Badju Loreng, Udjung Pandang, Pemburu dan Tepuk Tangan, lagu itu ikut menguasai tangga lagu-lagu nasional akhir tahun itu dan awal tahun berikutnya.

Melodi lagu Udjung Pandang sebenarnya berasal dari sebuah lagu barat berirama Country Rock yang dinyanyikan oleh artis Country and Western tersohor, Skeeter Davis. Syairnya diisi oleh Lilis secara bebas untuk menceriterakan kisah pertemuannya dengan kekasih hatinya, M Junus Ja’far, di kota Makasar (Udjung Pandang) beberapa bulan sebelumnya. Karena lagu aslinya kurang dikenal, banyak orang yang tidak tahu bahwa melodi lagu Udjung Pandang sebenarnya bukan hasil karya Lilis, sekalipun di sampul piringan hitamnya tercetak namanya sebagai penggubah lagu tersebut! (Lihat artikel: Dikala Malam Tiba – Pengaruh-Pengaruh Lilis Suryani)

Hal yang serupa terjadi setahun sebelumnya dengan lagu Tidurlah dari album ‘…. Ia Tetap Diatas !!’. Sebenarnya Tidurlah adalah sebuah lagu yang berasal dari sebuah film (musical) India yang termasyhur sekali di Indonesia era itu (1964/1965). Sebuah film dengan keunikan ciri-ciri khas dunia hiburan negara tersebut yang sekarang dikenal di dunia sebagai film gaya Bollywood. Kebanyakan orang tidak menyadari, bahwa lagu Tidurlah sebenarnya berasal dari film itu. Di bagian belakang sampul albumnya tertulis, bahwa lagu itu adalah lagu ‘ciptaan’ Lilis Suryani. Yang seharusnya dicantumkan di situ adalah: ‘nama pencipta lagu aslinya (orang India)/syair oleh: Lilis Suryani’! (Lihat artikel: Tidurlah – Mengeksperimen Dangdut)

Secara singkat syair lagu Udjung Pandang menceriterakan kisah perkenalannya dengan M Junus Ja’far pada waktu tampil di kota itu awal tahun 1966, serta konsekuensi yang mereka alami sesudahnya.

Ketika menyanyi di atas panggung, tanpa sengaja ia melihat wajah pria muda tersebut yang berdiri di baris terdepan di antara para penonton lainnya. Pemuda itu sedang menatap dia dengan sinar mata penuh kekaguman. Pada waktu pandangan mata mereka terbentur di udara, saat itu juga Lilis dan M Junus tahu, bahwa mereka telah jatuh cinta!

Malam itu seusai konsernya mereka berkenalan, disusul dengan berbulan-bulan masa kencan melalui surat dan telepon, sampai akhirnya jejaka muda itu menyusul Lilis pergi ke Jakarta di mana mereka akhirnya menikah tahun 1967. (Lihat artikel: Lilis T’lah Berdua – Memimpin Empat Nada)

Selain Kisah Tjinta yang terbukti sampai sekarang menjadi salah satu dari lagu-lagu klasik yang berasal dari era bersejarah tersebut, Badju Loreng yang syairnya bertemakan rasa kagum seorang wanita terhadap pria anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), menjadi lagu yang mengobarkan rasa heroisme tersendiri di pertengahan tahun 60-an. Sampai sekarang lagu tersebut diakui sebagai lagu Lilis Suryani yang paling dikenal dan dikenang dari album termasyhur itu.

Nathan Mintaraga
Juli 2013

Catatan:

1 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain

2 EP (Extended Play) adalah album mini PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat maksimum empat lagu. Diputar dengan kecepatan 45 RPM (Remixes Per Minute). Populer sekali di era itu sampai kurang lebih akhir dasawarsa ke-60

3 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment