Saturday, October 27, 2012

07 Antosan

ANTOSAN
‘SIGNATURE ALBUM’ YANG PERTAMA
Oleh: Nathan Mintaraga

Salah satu album (LP) 1 yang merupakan ‘signature album’ Lilis Suryani, yang membuat namanya makin termasyhur dan diperbincangkan media di seluruh Indonesia adalah: ‘Antosan’ (1964), hasil kerja samanya dengan orkes Idris Sardi dan Bali Record.

Gaya musiknya yang sangat trendy di era itu diilhami oleh salah satu album Connie Francis yang paling tersohor di dunia: ‘Connie Francis Sings Modern Italian Hits’ (1963), dimana seperti album tersebut, keseluruhan iringan musiknya didominasi oleh keindahan dengungan melodi hasil gesekan senar-senar biola Idris Sardi.

Jelas sekali, tehnik musik yang mengiringi lagu berbahasa Sunda yang paling termasyhur dari album itu: Teungteuingeun, hasil karya pena Muslihat, terdengar mirip sekali dengan gaya musik yang dipergunakan untuk mengiringi: Al Di La, sebuah lagu berbahasa Italia/Inggris dari Connie Francis yang sedang ‘ngetop sekali di dunia saat itu.

Risau, sebuah lagu lainnya dari album ‘Antosan’, adalah lagu Lilis yang pertama, yang sekalipun saat baru dirilis sangat populer, pernah dilarang wewenang agar tidak dikumandangkan lagi melalui acara-acara radio nasional (RRI) gara-gara temanya yang tabu sekali! Sebuah lagu ciptaan Idris Sardi dengan irama dan paduan beat yang amat unik itu (padang pasir dan pop) mengisahkan kegelisahan hati seorang gadis remaja yang baru saja dicampakkan kekasihnya setelah dinodai dan menjadi hamil.

Selain itu, melalui lagu tersebut untuk pertama kalinya Lilis menciptakan sebuah ‘moment’ yang khas, yang sangat mengesankan, dan yang belum pernah dilakukan oleh bintang-bintang rekaman lainnya di Indonesia, bahkan mungkin di dunia!

Kemasyhuran kesahan nafasnya yang amat menyayat hati saat mendendangkan refrain lagu itu menjadi ‘trademark’-nya yang tak terlupakan, yang muncul lagi di tahun-tahun berikutnya, di beberapa lagunya yang lain, seperti: Kau Pembela Nusa dan Bangsa (album ‘Tjing Tulungan’ 2), Pergi Perdjoang (album ‘Aneka 12’) dan Ditinggal Mama (album ‘007’).

Bahkan ternyata trademark tersebut kemudian ditiru oleh banyak artis Indonesia terkenal lainnya, seperti: Titiek Puspa, Titiek Sandhora dan lain-lainnya. Ernie Djohan juga melakukan kesahan nafas yang sama ketika ia mendendangkan refrain dari lagunya yang terkenal: Sendja di Batas Kota (1967).

Di samping kontroversi gara-gara isi syair lagu Risau tersebut, sebuah lagu lainnya yang berjudul: Hilda, ciptaan Muslihat, sempat mengawali desas-desus media yang tiba-tiba menjadi tertarik sekali untuk memperbincangkan dan mempertanyakan orientasi seksualitas Lilis Suryani. Lagu yang memang seharusnya tidak dinyanyikan oleh seorang wanita, karena syairnya memproklamirkan rasa cinta dan rindu dendam seorang pria terhadap pujaan hatinya, gadis bernama Hilda, mengakibatkan kesalah-pahaman itu menjadi tema gosip yang cukup menarik untuk diikuti oleh para penggemar setianya. Apalagi ketika lagu dengan tema yang serupa: Hesty dari album ‘Tjing Tulungan’ 2, hasil karya penanya sendiri dirilis tidak lama sesudahnya.

Tetapi kendatipun demikian album yang berisi 12 hits tak terlupakan itu, di antaranya: Luciana, Dimana Kau Kasih, Badju Baru, Keluhanku dan Adikku Sajang, ternyata menjadi albumnya yang paling laris di Indonesia semenjak kariernya diluncurkan hampir dua tahun sebelumnya.

Selain Teungteuingeun, di dalam album tersebut terdapat tiga lagu klasik berbahasa Sunda lainnya, juga hasil gubahan Muslihat: Antosan, Tjau Ambon dan Naha. Serta sebuah lagu berbahasa Minang yang berjudul: Sansaro, lagu yang diciptakan oleh Bing Slamet.

Ternyata melalui album itu Lilis berhasil meraih puncak karier musiknya dengan mendemonstrasikan kemampuannya di sana dalam menginterpretasikan lagu-lagu berbahasa daerah yang di-pop-kan! Berbeda dengan para artis lainnya yang juga menyenandungkan lagu-lagu yang serupa, versi modern yang dibawakan oleh Lilis Suryani selalu terdengar unik dan berkualitas tinggi sekali.

Gara-gara album ‘Antosan’, secara instan ia diakui sebagai Biduanita Piringan Hitam Nomor Satu di Indonesia. Album tersebut laku keras sekali! Dalam waktu serentak lagu-lagunya menduduki tingkat-tingkat tertinggi di tangga lagu-lagu daerah, dan juga nasional.

Oleh karena Bali Record memakai peralatan recording yang paling canggih di masa itu untuk merekam ketrampilan delapan artis terunggul di bidang masing-masing, terciptalah beberapa album klasik tahun 1964 yang berkualitas ‘way ahead of time’ (jauh di depan mendahului waktu)!

Sampai sekarang lagu-lagu Lilis Suryani yang diiringi oleh orkes-orkes Eka Sapta dan Idris Sardi masih terdengar aktuil sekali. Kendatipun direkam hampir 50 tahun yang lalu, album-album mereka sama sekali tidak terdengar ketinggalan jaman. Lagu-lagunya menjadi lagu-lagu pop klasik tak terlupakan yang sampai sekarang masih sering disenandungkan dan direkam oleh artis-artis lainnya, baik di Indonesia maupun Malaysia.

Nathan Mintaraga
Oktober 2012

Catatan:

1 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)

2 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment